01 September 2008

“SEKS EDUCATION BAGI PARA SANTRI, SIAPA TAKUT?”


Pada tanggal 4 Juli yang lalu Pesantren Roudlotul Falah mengadakan pendidikan seks bagi para santri yang berumur 17 tahun ke atas. Kegiatan ini dihandle oleh Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) Pesantren Roudlatul Falah dan difasilitatori oleh Dinas Kesehatan Kab. Rembang. Kata Adhim salah satu pengurus PIK KRR, “Sebenarnya pendidikan seks bagi santri Roudlatul Falah bukan kali pertama ini, sebelumnya sudah ada, tetapi kita hanya menghadiri undangan penyuluhan yang diadakan pihak Dinas Kesehatan Rembang atau lainya”.

Menanggapi adanya pendidikan seks untuk para santri, Hanik salah satu peserta penyuluhan mengomentari, “sebenarnya gak masalah, karena kita para santri sudah gak asing dengan pendidikan seks, kitab Qurrotul ‘Uyun itu kan kitab pendidikan seks”. Hanya saja, tegas Hanik, pembahasan dalam kitab tidak sedetail dalam penyuluhan ini, ada gambarnya lagi, sehingga karena begitu mendetail pembahasanya terkesan vulgar.

Gagasan tentang digulirkannya pendidikan seks bagi para remaja masih menjadi problematika di masyarakat. Hal ini diakui oleh salah satu penyuluh, sebagian orang memang mendukung, tetapi sebagian lainnya menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu. Banyak orang yang tidak paham tetang pendidikan seks salah memahami bahwa bahwa pendidikan seks adalah pelajaran tentang bagaimana melakukan hubungan seks. Sehingga pandangan seperti ini mengakibatkan sebagian masyarakat masih belum mau menerima pentingnya pendidikan seks untuk para remaja.

Tujuan diadakannya pendidikan seks ini punya tujuan positif bagi para remaja termasuk santri, menurut Endik ketua PIK KRR, sekarang banyak prilaku penyimpangan seksual pada remaja karena alasan yang tidak masuk akal, hanya mengikuti hawa nafsu saja. Seks bebas di tengah masyarakat seperti dianggap sebagai budaya modern. Maka pendidikan seks bagi dalam arti pengetahuan kesehatan reproduksi dan persoalan seksualitas merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut, biar para remaja tahu bahaya seks bebas.

Materi acara yang diadakah PIK KRR banyak membahas tentang bahaya seks bebas, penyakit-penyakit kelamin yang diakibatkan pergaulan bebas, diantaranya penyait AIDS yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara medis.

Dalam penyuluhan ini pemateri penyampaikan dengan hati-hati, karena mempertimbangkan etika kesopanan di Pesantren. Karena materi ini harus disampaikan dengan detail agar tidak salah dipahami peserta maka pemateri juga menampilkan beberapa gambar alat reproduksi dengan LCD monitor. Banyak peserta tertawa saat LCD monitor menampilkan gambar-gambar yang aurot tersebut.

Adanya gambar-gambar aurot yang ditampilkan LCD monitor apakah hal itu layak, gus Humam putra Kyai Tamam menanggapi, “saya kira penyuluh sudah hati-hati dan tidak bermaksud negatif, hanya saja pikiran kita yang salah tangkap, kalau gambar seperti itu penting untuk ditampilkan karena penunjang materi, maka wajar saja jika ditampilkan”. Kalau kita pahami, lanjut Gus Humam, Kitab Qurrotul Uyun itu kalau divisualisaikan juga vulgar, karena hanya penjelasan dengan kalimat kadang para santri itu mengaji dengan melakukan visualuisasi dalam pikiranya sendiri-sendiri.

Sambil berkelakar Gus Humam menjelaskan, “Kalau kita mendengar kata tahu, jelas pikiran kita akan menangkap bentuk tahu, ya kan?, coba kalau kita mendengar kata dzakar, pikiran kita pasti menangkap bentuk dzakar, masak menangkap bentuk tempe?”.

Harapan dari Dinas Kesehatan dengan adanya kegiatan seks education ini tidak hanya sebagai pengetahuan tentang bahaya seks di luar nikah tetapi juga pendidikan moral. Pemateri mananggapi soal kenapa pendidikan seks ini diberikan pada para santri?. “saya itu sudah tidak meragukan moralitas para santri, tetapi saya berharap para santri menularkan pengetahuan dan akhlaknya itu pada remaja dan masyarakat disekelilingnya”. Hal ini mengingat kenyataan yang menunjukan bahwa tingkat perilaku penyimpangan seksual pada remaja telah cukup mengkhawatirkan. Selain itu, remaja adalah generasi baru pewaris bangsa, memikul tanggung jawab akan penentuan masa depan bangsa. Apabila banyak di antara remaja yang terperosok ke dalam prilaku seksual yang menyimpang, maka moral bangsa ini akan semakin terpuruk suatu saat nanti dan masa depan bangsa ini pun akan semakin suram. Santri punya tanggung jawab moral agar masyarakat di sekitarnya tidak terpeorsok ke dalam perilaku penyimpangan seks.

1 komentar:

PIK AL HIDAYAT LASEM mengatakan...

salam hangat dari PIK KRR Al Hidayat Lasem, semoga tahun depan PIK KRR Anda yang ikut lomba PIK KRR Tingkat Propinsi, okey salam santri