16 November 2008

SETAHUN E-LEARNING COMMUNITY DI PESANTREN RAUDLOTUL FALAH REMBANG




Oleh: Sholihul Hadi

Tanggal 11 Nopember kemarin Direktur International Center for Islam and Pluralism (ICIP) Jakarta, Syafi’i Anwar secara langsung melakukan monitoring ke Program E-Learning Community Paket B dan C Pesantren Raudlotul Falah Rembang. Kedatangan beliau secara langsung ingin mengetahui lebih dekat keadaan masyarakat sekitar Pesantren Raudlotul Falah, respon mereka terhadap program Kejar Paket B dan C, semangat kerja penyelenggara dan para tutor, serta perkembangan dan kendala-kendala atas berjalannya Program E-Learning Community Paket C dan B yang dihadapai pengelola.

Kedatangan Direktur ICIP Jakarta mengingatkan saya saat pertama pertemuan antara Staf ICIP dan delegasi 16 Delegasi dari 8 pesantren di Hotel Bumi Wiyata Jl. Margonda Raya Depok Jawa Barat. Betapa mulia cita-cita LSM ICIP yang didanai Ford Fondation untuk melaksanakan program ini. ICIP dan 8 pesantren bertekad ingin mengentaskan pendidikan anak-anak yang putus sekolah dan tak mampu melanjutkan karena masalah ekonomi dan sosial lewat pesantren. Ke-8 pesantren yang mengemban misi ini adalah pesantren Al-Kenaniyah Jakarta Timur, Pesantren An-Nidzommiyyah Pandeglang Banten, Pesantren Al-Mizan Majalengka Jabar, Miftahul Huda Al-Musri’ Cianjur Jabar, Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara Jateng, Pesantren Raudlotul Falah Rembang Jateng, Pesantren Nurul Jadid Paiton Jatim, Pesantren Nurul Islam Jember Jatim.

Betapa bahagianya Pesantren Raudlotul Falah mendapat kesempatan melaksanakan program ini. LSM ICIP Jakarta selain membantu dana secara terbatas dalam pelaksanaan Program E Learning ini ICIP juga memberi fasilitas dengan menyewakan internet dan menghibahkan 20 komputer. LSM ICIP dan Pihak Pesantren akhirnya menandatangani kontrak kerjasama yang akan berlaku selama dua tahun setangah dan aktif berlaku sejak bulan Nopember 2007. Pemikiran pengasuh saat menerima kerjasama dengan ICIP bukan basa-basi lagi, program ini sangat mulia dan sangat dibutuhkan di daerah Rembang. Pemikiran kita sangat sederhana “kapan lagi ada tawaran dan kesempatan seperti ini”.

Saat pertama buka pendaftaran kelas I Paket C pada bulan Agustus 2007 peserta yang mendafatar sebagai warga belajar sangar membludak, seratus orang lebih. Tapi kemudian tinggal 68 karena alasan pribadi para pendaftar. Untuk paket B memang sudah berjalan 4 tahun ajaran sebelum bekerjasama dengan ICIP Jakarta, jadi tinggal include ke program E-Learning Community.

Tak terasa E-Learning Community Paket C dan B Pesantren Raudlotul Falah telah setahun berjalan. Saat bapak Syafi’I Anwar meninjau perjalanan Program E-Learning Community Kejar Paket C dan B Pesantren Raudlotul Falah kemarin, beliau secara langsung berdialog dengan Pengasuh Pesantren, Penyelenggara dan para tutor. Dialog berjalan santai dan familiar, kami utarakan secara gamblang tentang perkembangan E-Learning Community Paket B dan C Pesantren Raudlotul Falah.

Saya sebagai Community Educator mengatakan pada Bapak Syafi’I bahwa ukuran keberhasilan di Raudlotul Falah tidak dapat disamakan dengan ukuran keberhasilan di Nurul Jadid Paiton Jatim. Ada beberapa realitas yang membedakan tolok ukur penilaian antara perjalanan pembelajaran Kejar Paket B dan C di Rembang dan di Paiton:
1. Pembelajaran Kejar Paket harus menempus waktu 3 tahun, baik yang masih usia sekolah atau sudah lebih 3 tahun usia ijasahnya. Ini beda dengan di Nurul Jadid Paiton yang dapat melakukan pembelajaran “kilat” bisa langsung UNPK.
2. SDM antara Nurul Jadid Paiton dan Raudlotul Falah Pamotan Rembang sangat jauh perbedaanya. Program E-learning di Nurul Jadid ditopang oleh Siswa SMK, guru teknisi dan Dosen yang terlatih dalam IT, sedang di Raodlotul Falah teknisi hanya 1 sangat terbatas, bahkan untuk mendapat perangkat IT kadang harus pergi ke Kota Kudus.

Saya katakan dengan jujur dan tanpa malu pada Bapak Syafi’I, bahwa daerah Pamotan merupakan daerah tertinggal dalam ekonomi dan pendidikan. Pamotan dalam data statistik 2005 berjumlah 1.1280 Kepala Keluarga dan yang tergolong miskin 8.648 KK, 60 % lebih dari jumlah yang ada. Sebenarnya untuk Kecamatan-kecamatan di Rembang Pamotan bukan satu-satunya Kecamatan tertinggal dalam ekonomi dan pendidikan, dapat dikatakan mayoritas daerah Rembang bagian selatan, seperti Pancur, Gumen, Sulang dan Sedan adalah daerah miskin dan pendidikan rendah.

Dalam data statistik Diknas daerah Rembang selatan merupakan daerah yang paling banyak putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah ketingkat SMA. Di Desa Sidorejo tempat Pesantren Raudlotul Falah berada persentase dari seluruh penduduk, hanya 20 % yang sekolah di SLTA, sedangkan yang di SMP/SLTP hanya 60 %. Sebuah kenyataan yang ironis, bagaimana suatu daerah akan maju jika pendidikan masyarakatnya rendah.

KETIDAKPEDULIAN PEMKAB REMBANG

Sangat ironis, itu yang dirasakan oleh pihak Pesantren Raudlotul Falah terhadap kebijakan Pemkab Rembang terhadap masalah pendidikan. Pemkab Rembang tidak mengalokasikan ABPD untuk Penyelenggaraan Kejar Paket B dan C secara kushus, padahal di Rembang ada puluhan Penyelenggara Kejar Paket B dan C dengan ratusan warga belajar yang ikut program kesetaraan. Jika ada bantuan itu untuk PKBM tertentu. Penyelenggra Kejar Paket C mandiri, biaya ditanggung warga belajar. Padahal untuk menyelenggarakan Kejar Paket C biaya oprasionalnya tidak sedikit, untuk memberi honor dan uang transport para tutor, biaya administrasi dan lainnya. Pemkab Rembang sepertinya tidak respon atas ketertinggalan pendidikan generasi bangsa.

Jika pihak pesantren menerapkan kebijakan seperti di PKBM di luar pesantren dengan membebani warga belajar untuk menanggung biaya oprasioanal pendidikan secara penuh, maka warga belajar tidak akan mencapai 208 orang. Paket B dan C di luar Pesantren Raudlotul Falah tiap warga belajar dibebani biaya pendaftaran Rp. 30.000, biaya bulanan Rp. 30.000. Sedangkan di Pesantren Raudlotul Falah para santri digratiskan karena pertimbangan mereka sudah terbebani biaya bulanan madrasah, dan iuran penyelenggaraan peringatan hari besar Islam. Kebijakan penggratisan juga untuk anak para ustadz, karena para ustadz sudah membantu Pesantren dengan ikhlas tanpa honor bulanan, dan anak-anak mereka sudah sepatutnya menikmati pendidikan ini tanpa memberatkan beban mereka. Sedang untuk warga belajar diluar santri pesantren hanya menarik iuaran bulanan Rp. 15.000 perorang, padahal sekitar 50 persen warga belajar adalah para santri.

Pada tahun ajaran 2008/2009 E-Learning Community Kejar Paket C dan B Pesantren Raudlotul Falah membuka pendaftaran kelas baru. Ada 40 warga belajar yang mendaftar kelas I Kejar Paket C, dan 20 warga belajar yang mendaftar paket B. Jadi ada 168 pada tahun ajaran 2008/2009, selain jumlah itu warga belajar Kejar Paket B pada bulan Juli kemarin sudah dapat mengikuti UNPK sebanyak 40 warga belajar, dan yang dinyatakan lulus 36 warga belajar.

Jika kalkulasi secara finansial, penyelenggaraan Kejar Paket B dan C tahun ajaran 2008/2009 ini nekad, dengan niat “bismillah”. Umur kerjasama dengan ICIP Jakarta tingal satu setangah tahun, sedangkan pembelajaran masih harus berjalan 3 tahun. Pengelola akhirnya menerapkan manejemen ikhlas demi keberlangsungan program ini. Keikhlasan ini yang “diacungi jempol” oleh Bapak Syafi’i, karena para tutor yang yang diambil dari para ustadz Madrasah Ibtidaiyyah rela hanya diberi uang transport tanpa uang honor. Kualitas tutor tidak perlu dipertanyakan, semua sudah lulusan sarjana, demi keberlangsungan pendidikan masyarakat Rembang mereka rela berjuang dengan Pengasuh Pesantren Raudlotul Falah.

Bapak Syafi’i terharu dengan komitmen Pengasuh Pesantren dan para Ustadz yang ikut berkecimpung dalam mengentaskan ketertinggalan pendidikan di daerah Rembang. Tapi Bapak Syafi’i menyayangkan Pemkab Rembang yang tidak tanggap dengan masalah ketertinggalan pendidikan. Ini beda di Cianjur Jawa Barat, Pesantren Al-Mushri sebagai salah satu penyelenggara Kejar Paket C di Cianjur bisa menggratiskan biaya penyelenggaraan Kejar Paket C karena bantuan dari Pemkab Cianjur. Saat Bapak Syafi’i Anwar menayakan “apakah Program Kesetaraan Kejar paket B dan C ini tahun depan bisa dibuka pendaftaran lagi?”. Pihak Pengelola menjawab: “insya Alloh Bisa”.

Bapak Syafi’I sebagai Direktur ICIP hanya bisa membantu semampunya, karena dana bantuan yang diberikan pada pesantren ini berasal dari Ford Fondation di Australia, dan kerjasamanya tinggal satu setengah tahun. Karena itu Bapak Syafi’i menghimbau pihak Pesantren “menyiapkan mental” untuk tidak mengharapkan bantuan ICIP Jakarta. Pihak Pesantren Raudlotul Falah selama ini sudah berusaha melakukan penggalian dana ke berbagai instansi, tapi sampai saat ini belum mendapatkan hasil.

Ulin Nuha dari Pihak Pesantren Raudlotul Falah sebagai penyelenggara Kejar Paket B dan C akhirnya menyampaikan unek-unek, “bagaimana nasib program Kejar Paket B dan C Pesantren Raudlotul Falah ini nanti jika fasilitas internetnya dicabut?, karena status internet kan sewa pada indosat?”. Selama ini ini internet telah menjadi penyemangat warga belajar untuk aktif belajar, jika tiba-tiba dicabut maka akan mempengaruhi gairah warga belajar, bisa-bisa mereka turun semangat belajarnya. Pesantren juga sangat membutuhkan keberadaan internet, karena insya Alloh pada tahun 2009 nanti Pesantren Raudlotul Falah akan mendirikan Pesantren Satu Atap (PSA) dengan MTs Manbaul Falah.

Pesantren Satu Atap (PSA) merupakan salah satu model pendidikan yang insya Alloh akan dikelola Pesantren Raudlotul Falah dengan mendirikan MTs Manbaul Falah pada tahun 2009 dan para siswa diasramakan. Para siswa akan melaksanakan pembelajaran secara formal dan informal, jam belajar formal dilakukan disekolah sedang jam belajar informal dikalukan dipesantren di bawah pengawasan para ustadz. Saat menanggapi permasalahan kebutuhan Pesantren akan internet ini Bapak Syafi’I belum bisa menjamin. Sebagai Direktur ICIP beliau akan mencoba berusaha melakukan penawaran keberbagai pihak yang peduli terhadap pendidikan, agar para Pesantren yang ikut dalam anggota kerjasama dengan ICIP Jakarta yang eksis dan konsisten dalam penanganan program bisa terus berjalan.