01 September 2008

PESANTREN RAUDLOTUL FALAH DALAM SEJARAH

Pesantren Raudhatul Falah lebih dikenal dengan Pesantren Jumput, karena letraknya di Dusun Jumput, Desa Sidorejo, Kecamatan Pamotan, Kebupaten Rembang. Jarak tempuh dari Rembang ke pesantren ini sendiri + 25 KM, sedangkan dari kota Lasem 17 KM, sedangkan dari Kecamatan Pamotan ada 2,5 KM.

Pesantren Raudlatul Falah didirikan oleh KH Ahmad Tamamuddin Munjie pada tahun 1965. KH Ahmad Tamamuddin Munjie yang lebih dikenal masyarakat dengan Kiyai Tamam dulu merupakan ustadz di Madrasah Matholiul Falah, Kajen Margoyoso Pati. KyaiTamam asli orang Kajen-Pati, hijrah ke Pamotan karena istri beliau Nyai Hj. Chumaidah merupakan orang Pamotan. Takdir perjodohan antara KyaiTamam dan Nyai Khumaidah terjadi di Kajen, Nyai Khumaidah dulunya nyantri di Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati yang kini diasuh KH Sahal Mahfudz, juga santri beliau di Madrasah Mathaliul Falah.

Pada awal hijrah, Pamotan menurut KyaiTamam penduduknya masih banyak yang Islam Kejawen. Tidak mudah menyiarkan Islam di daerah ini, banyak tantangan dari beberapa masyarakat, apalagi KyaiTamam di Pamotan merupakan pendatang dan secara ekonomi saat itu belum mapan. Tetapi tekad perjuagan Kyai Tamam tidak pupus apalagi istri beliau yang setia juga memberi dorongan. Prinsip beliau “tidak memaksakan kehendak pada orang lain dan mengajar pada orang yang ingin belajar”.

Pada awal perjalanannya tahun 1967 Pesantren Raudlotul Falah mempuyai 20 santri dari daerah Demak, dengan dibantu 2 santri dari Kajen Kyai Tamam mengembangkan pesantren. Tak lama kemudian dibangun Mushola dan kamar untuk santri. Tahun 1975 mulai datang juga santri putri dari daerah Demak dan sekitarnya untuk nyantri di sini. Sejak awal, pesantren ini ditujukan untuk pendidikan pesantren salaf murni, oleh karenanya tidak dibuka sekolah umum, baik MTs maupun SMA. Menurut Kyai Tamam, hal itu karena dia ingin mendirikan lembaga yang menjadi alternatif, kalau bikin SMP atau SMA, sudah ada lembaga serupa di daerah Pamotan. Agar pendidikan salaf lebih optimal dan dapat diikuti anak-anak desa disekitar pesantren maka tahun 1967 Kyai Tamam juga mendirikan Madrasah Diniyah Salafiyah Mambaul Falah, perkembangan santri Madarsah sangat pesat karena pendidikan dibuka untuk umum tidak hanya santri mukim.

Jika melihat kurikulum yang digunakan di Madrasah Diniyah dan Pesantren semua menggunakan kitab klasik maka pesantren Roudlotul Falah dapat dikatakan pesantren salafi murni, namun metode dalam methode pembelajarn para ustadz telah mengadopsi methode pembelajaran seperti sekolah umum. Tidak hanya dengan sorogan (membaca dan mengartikan kitab), tetapi juga ada diskusi dan musyawaroh atau dapat dikatakan bahtsul masail tingkat santri terhadap isu-isu aktual dimasyarakat.

Perkembangan Pendidikan di Pesantren

Zaman yang selalu berubah menjadikan kebutuhan pendidikan masyarakat juga bertambah. Tahun 1976 Pesantren Raudlotul Falah akhirnya mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Roudlotul Athfal (RA). Walau MI dan RA merupakan sekolah formal di bawah naungan Depag, tetapi saat itu pengelolaan pendidikan dan manajeman masih disatukan dengan Madrasah Diniyah Salafiyah. Bagi santri-santri yang masuk di Tingkat Diniyah Awaliyah bisa mengikuti Ujian Nasioanal Madrasah Ibtidaiyyah. Jadi para santri tidak hanya mendapatkan ijasah Diniyah Salafiyah, tetapi juga ijasah formal Madrasah Ibtidaiyah.

Tetapi pada tahun 1990an kebijakan Depag mengharuskan pemisahan otoritas sistem pendidikan dan manajemen antara pendidikan Diniyah Salaf dan Madrasah Ibtidaiyah. Sekarang Pesantren mengelola pendidikan Madrasah Diniyah (Ula, Wustho, dan Ulya), Madrasah Ibtidaiyah, Raudlotul Athfal, Pendidikan Usia Dini (PAUD), Wajar Dikdas/Paket B dan Paket C plus Internet. Untuk memudahkan administrasi maka Kyai Tamam mewadahi semua lembaga di bawah Pesantren dalam satu yayasan yang berbadan hukum, yaitu Yayasan Pendidikan Al-Falah.

Saat ini PAUD dipimpin oleh istri beliau sendiri dengan jumlah siswa 23 anak, sedangkan RA/TK sekarang dipimpin oleh Hidayatun Nikmah, S.P. (istri Gus Ulin) jumlah siswanya 37 anak. Sedangkan MI dipimpim oleh Ulin Nuha, S.Fil.I (Gus Ulin) dengan jumlah siswa 86 anak.

Masuknya Wajar Dikdas/Paket B tahun 2004 dan Paket C tahun 2007 dalam pendidikan di pesantren Roudlotul Falah telah menambahan warna pendidikan di Pesantren Rodlotul Falah. Karena para santri sekarang tidak hanya mendapat pelajaran kitab kuning melulu, tetapi mereka juga mendapat tambahan pelajaran setingkat sekolah formal SMP dan SMA, bahkan mereka bisa belajar dengan internet.

Wajardikdas/Paket B diselenggaran Pesantren bekerjasama dengan Depag Kab. Rembang dan pengelolaan diserahkan pada KH. Wahib Qohar dan Ibu Hj. Anis Zakiyah. Kini wajardikdas telah memasuki tahun keempat, kelas tiga sebanyak 84 siswa telah selesai mengikuti Ujian Akhir Nasioanal. Sedangkan Paket C dan program pembelajaran dengan Internet (E-Learning) terlaksana berkat kerjasama pesantren dengan International Center Islam and Pluralism (ICIP) Jakarta. Pengelolaanya sekarang ditangani oleh Humam Najah putra terakhir KyaiTamam dan Sholihul Hadi seorang staff ahli.

Penyelenggaraan Wajardikdas/Paket B dan Paket C ini dilakukan, karena ternyata banyak santri yang punya potensi bagus tapi karena terbentur biaya, akhirnya hanya tamat SD/MI dan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Oleh karenanya, program ini diharapkan bisa menjadi jalan keluar dari problem itu. Usia mereka yang ikut wajar Dikdas di pesantren ini adalah mereka yang betul-betul masih usia sekolah, yaitu 15-17 tahun. Jumlah santri yang ikut Wajardikdas/Paket B dan Paket C sampai sekarang ada 162 orang. Disamping itu juga santri Madrasah Diniyyah yang hanya tamat MTs/SMP dan drop out dari MA/SMA karena terbentur biaya.

Kiprah KH. Tamamudin Munjie

Pesantren Roudlotul Falah sangat dekat dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini tidak lepas dari kedekatan Kyai Tamam dengan masyarakat, beliau selalu meluangkan waktu untuk “meladeni” masyarakat sekitarnya yang membutuhkan pengajaran agama, baik yang datang untuk konsultasi dan mengundangnya untuk pengajian. Bahkan, setiap hari Selasa, ada Pengajian Bakul-Bakul (PBB) yang diikuti oleh para padagang sekitar Pamotan dengan mendengarkan ceramah dari Kyai Tamam. Menurut Lasmuri, seorang santri senior di sini, pesantren ini menjadi rujukan atau panutan utama hampir seluruh masyarakat di kecamatan Pamotan. Untuk daerah Rembang sendiri, Kyai Tamam adalah kyai yang dituakan bersama dengan KH Maimun Zubair. Bagi kalangan thariqat Qadiriyyah wa Naqsabandiyah sendiri, setelah wafatnya Kyai Hamid dan Kyai Sahid, Kyai Tamam adalah kyai thariqat yang menjadi alternatif rujukan masyarakat.

Di komunitas NU Kab. Rembang Kyai Tamam juga punya peran penting, beliau menjadi Rais Syuriah NU Rembang periode 2003-2008, karena keilmuan beliau juga maka pesantren ini sering menjadi tempat acara NU Rembang, mulai dari thariqah, bahstul masa’il, hinggga pengajian bulanan. Pesantren Rodlotul Falah juga mempunyai tempat yang terhormat di kalangan pesantren-pesantren lain, seperti Pesantren Kemadu (Mbah Syahid Alm.), Al-Anwar Sarang (KH Maimun Zubair), Raudhatut Thalibin Rembang (KH Mustofa Bisri).

Untuk urusan politik, Kyai Tamam cenderung netral. Meskipun, pada awal-awal reformasi Kyai Tamam termasuk salah satu deklarator PKB Rembang. Namun, karena memandang bahwa berpolitik banyak subhat dan madharatnya, maka beliau mundur total dari kegiatan politik. Bahkan ketika putra beliau, Ulin Nuha, pernah menjadi calon anggota DPRD dari PKB, akhirnya dimintainya untuk mundur. Bahkan, ketika Gus Dur akhir-akhir gencar menggelar Masura (Majelis Ulama’ Rakyat) dan ingin menempatkan kegiatannya di pesantren ini, Kyai Tamam kurang berkenan karena takut menimbulkan fitnah dan tidak mendatangkan banyak maslahah.

Kyai Tamam sebenarnya masih keturunan Syekh Haji Ahmad Mutamakin Kajen Pati dari jalur laki-laki. Syekh Mutamakin dikenal dalam sejarah sebagai Kyai kontroversi pada masa Kerajaan Kartasura masa pimpinan Sunan Amangkurat IV (1719-1726). Karena itu hubungan Kyai Tamam sangat erat dengan pesantren-pesantren Kajen Pati sebab masih ada hubungan kekeluargaan. Para kyai Rembang pun dalam memandang dan menghormati Kyai Tamam tidak hanya melihat sosok pribadi saja yang dikenal alim, tetapi beliau juga masih keluarga besar Kyai Kajen.

Pesantren Jumput terletak di daerah yang cukup miskin ini, keadaannyapun juga cukup miskin juga. Meskipun pendidikannya maju, namun untuk fasilitas-fasilitas modern seperi OHP, mesin fax, video, internet, dan alternatif suplai listrik tidak mempunyai. Namun, dengan semangat dan ruhul jihad yang tinggi, mereka mengatakan akan terus berjuang melakukan pendidikan, meski dengan proses yang pelan-pelan dan fasilitas yang seadanya.

1 komentar:

Azha Nabil mengatakan...

Salam silaturahmi dari kami, Pesantren Mahasiswa Tahfidzul Quran Ath-Thohiriyyah Purwokerto Banyumas Jateng. Mohon kami di links di media ini. Kunjungi website kami melalui http://www.thohiriyyah.com
terima kasih

azha nabil