01 September 2008

“DI REMBANG BARU ADA DI SINI, PAKET B DAN C DENGAN PEMBELAJARAN ONLINE”

Hadirnya Kejar Paket B dan Paket C dengan internet online di Pesantren Rodlotul Falah merupakan “angin segar” bagi keberlangsungan pendidikan para santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Hadirnya Kejar Paket akan memberi pendidikan tambahan bagi para santri dan anak-anak desa sekitar pesantren yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena permasalahan biaya. Tingginya angka anak yang tidak melanjutkan sekolah di daerah Rembang merupakan kenyataan yang memprihatinkan.

Minimnya tingkat partisipasi pendidikan di Rembang ini ditegaskan oleh Pak B. Widyarso, Kasi Pembinaan Program di Diknas Rembang. Menurut beliau, APK (angka partisipasi kasar) SMP/SLTP tahun 2006/2007 pada usia 12-15 tahun masih berjumlah 86,30 %. Padahal, target APK untuk MTs/SLTP tahun 2008/2009 adalah 90 %. Masih ada kekurangan 3,70 % lagi untuk memenuhi target yang tinggal setahun itu. Meski tingkat APK untuk SLTP sudah lumayan bagus, tetapi untuk tingkat SLTA menunjukkan angka yang memprihatinkan, yaitu masih di bawah 36 %. Artinya, anak-anak usia sekolah 16-18 tahun sangat banyak yang belum sekolah atau tidak sekolah. Hal itu bisa jadi karena faktor sosial dan kesulitan ekonomi, jumlah SLTA masih belum terjangkau atau memadai dengan jumlah penduduk.

Di Desa Sidorejo sendiri tempat Kyai Tamam tinggal persentase dari seluruh penduduk Sidorejo, hanya 20 % yang sekolah di SLTA, sedangkan yang di SMP/SLTP hanya 60-70 %. Padahal, saat ini pendidikan dasar 9 tahun mestinya sudah dinikmati seluruh penduduk dari seluruh penjuru negeri.

Sedangkan keadaan pendidikan para santri dari 200 santri mukim hanya sekitar 30 orang saja yang lulus SMA, lainnya hanya lulus SD/MI dan SMP/MTs. Santri Madrsah Diniyah rata-rata juga hanya lulusan SMP/MTs tidak sampai SMA/MA. Banyak anak-anak di desa sekitar Pesantren yang tidak melanjutkan sekolah menjadikan keprihatinan Kyai Tamam, tapi apa daya Kyai Tamam secara pribadi tidak dapat berbuat banyak.

Karena itulah Kyai Tamam membuka diri untuk dengan berbagai pihak untuk dapat menyelesaikan pendidikan anak bangsa yang terputus. Diantaranya Pesantren pernah menjalin kerjasama dengan Depag Pusat dengan adanya bantuan MTs Terbuka tahun …, Depag pusat hanya membantu satu periode kelulusan dengan ujian menginduk pada MTs Negeri Lasem, karena sifatnya bantuan maka MTs ini tidak dapat dilanjutkan karena permasalahan dana, infra struktur dan supra struktur yang memadai.

Permasalahan yang menjadi ganjalan bagi masyarakat Pamotan agar anak-anak mereka mampu melanjutkan sekolah adalah permasalah ekonomi. Gambaran masyarakat Pamotan rumah-rumah mereka kebanyakan terdiri dari rumah kayu dan bambu. Jarang sekali yang bangunannya semua dari batu bata dan seperti umumnya rumah di perkotaan. Mayoritas penduduk di Pamotan pun hidup di bawah garis UMR, yaitu berpenghasilan Rp 7.500-15.000 sehari. Akibatnya, banyak sekali anak usia sekolah yang tidak bisa meneruskan pendidikan sekolah umum yang biayanya tidak rendah. Generasi-generasi penerus bangsa ini pada dasarnya sangat berkinginan untuk maju, namun semuanya terbentur oleh biaya.

Karena itu saat Depag menawari kerjasama untuk membuka wajardikdas/paket B pada tahun 2004 Kyai Tamam tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Apalagi untuk tingkat dasar setara SMP biaya oprasional sampai saat ini masih ditanggung Pemerintah. Dalam kerjasana ini pihak pesantren yang melaksanakan menajemen dan proses pembelajaran serta mnyediakan tempatnya, sedangkan buku dan dana oprasional ditanggung oleh Pemerintah melalui Depag Rembang.

Kejar Paket B dan C dengan Internet Online

Pembelajaran Paket B telah berjalan tahun keempat, sekarang telah membuka kelas I (satu) keempat kalinya, dan kemarin Juli siswa kelas 3 (tiga) periode 2007-2008 sebanyak 40 siswa telah mengikuti Ujian Akhir Nasional. Jumlah siswa sekarang 85, baik dari santri dan masyarakat sekitar. Para siswa sangat senang bisa menikmati pendidikan setara SMP, seperti yang diungkapkan Anik siswa kelas II (dua), “Di pesantren Jumput sekarang kita nggak ketinggalan pendidikan, sudah sekolah gratis kita pun masih dilatih komputer dan internet”.

Belajar di Kejar Paket B tidak harus merasa rendah, menurut Gus Humam pembelajaran Paket B di Pesantren ini dilaksanakan dengan serius berdasarkan kurikulum, bahkan buku-buku pegangan siswa dan guru semua standar SMP, walau jam pembelajaran tatap muka tidak sesering sekolah formal, karena ada jadwal sekolah diniyah dan ngaji serta kegiatan pesantren lainnya, tapi para guru di sini siap siang-malam melayani siswa yang butuh konsultasi pelajaran.

Angin segar untuk keberlangsungan pendidikan di pesantren Roudlotul Falah kembali muncul, ketika pada tahun 2007 LSM International Centre Islam and Pluralism menawarkan kerjasama Open, Distance and E-Learning (ODEL). Kerjasama dengan ICIP akhirnya terlaksana pada bulan November 2007, bahkan ICIP juga melatih 2 orang palaksana program selama seminggu di UI Jakarta, 1 Staf (Gus Humam Najah) dan 1 Pemandu Komunitas (Sholihul Hadi), selain itu juga malaksanakan evaluasi, sampai bulan ini sudah 6 kali pertemuan antara Pesantren yang diwakili pelaksana program dengan LSM ICIP Jakarta.

Kerjasama akhirnya terealisasi dengan membuka Paket C dengan sistem pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan internet. Karena Paket B sudah ada maka pembelajaran online dengan internet juga diberlakukan untuk siswa Paket B. Pak Slamet PLS Pendidikan Luar Sekolah Kec. Pamotan mengacungi jempol pembelajaran online ini, “Di Rembang baru ada kali ini, Paket B dan C dengan sistem pembelajaran online dengan internet gratis”.

Gus Ulin salah satu putra Kyai Tamam menilai, kerjasama dengan ICIP benar-benar telah memberikan sumbangan perubahan yang besar dan positif bagi santri dan masyarakat disekitarnya. “Banyak manfaat internet yang telah dirasakan para santri dan warga sekitar, karena informasi dari berbagai dunia dapat diakses”, kata gus ulin. Dulu saat pertama kali ICIP datang ke Pesantren ini banyak pihak yang takut dampak negatif internet, setelah internet ada para santri sudah bisa merasakan aspek positifnya dengan bertambahnya pengetauan dan informasi.

Jumlah siswa Paket C 68 sekarang sudah memasuki kelas II (dua), semua totor Mata pelajaran di Paket C lulusan Perguruan Tinggi, 5 tutor sarjana dan 2 tutor lulusan D3. Sekarang paket C membuka kelas 1 lagi, sudah ada 25 siswa yang daftar, bahkan semua baru lulusan paket B dan SMP/MTs tahun ini. Kerjasama antara ICIP Jakarta dengan Pesantren memang hanya 2,5 tahun, tetapi pihak pesantren berusaha agar kerjasama dengan ICIP menjadi tonggak kemajuan pendidikan pesantren untuk masa depan.

Sejak paket B dan C dengan pembelajaran E-Learning masuk pesantren sekarang para santri tidak hanya belajar “kitab kuning” melulu, kini mereka dapat tambah ilmu pengetahuan dengan mempelajari pelajaran-pelajaran setingkat SMP dan SMA, bahkan mareka juga dapat belajar online dengan internet secara gratis. Bu Atik salah seorang guru Paket C juga melihat bahwa dengan hadirnya internet telah memberi perubahan positif dalam pemikiran santri dan warga belajar lainnya. Tandas Bu Atik, “Sekarang para santri kalau ada dan beropini juga mengambil refrensi dari luar kitab kuning, bahkan mereka juga mengambil pendapat orang-orang non muslim selama relevan dengan pembicaraan”.

Kyai Tamam berharap bahwa perubahan dan dampak yang diambil santri dengan internet dipesantren merupakan dampak positif. Beliau mengungkapkan, “kerjasama dengan ICIP Jakarta ini diharapkan selalu memberikan dampak positif bagi pesantren dan warga belajar, bagaimanapun internet merupakan barang baru di Pesantren ini”. Karena itu menurut Kyai Tamam para santri harus selalu diarahkan dan diberi kesibukan yang bermanfaat saat di depan internet.

Tidak ada komentar: