02 September 2008

“SEDEKAH BUMI DAN SEDEKAH LAUT, KEUNIKAN PESTA RAKYAT”


Sedekah bumi dan sedekah laut merupakan budaya yang unik, kemungkinan hanya ada di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daaerah Rembang. Bulan Agustus kemarin secara bergantian beberapa desa di daerah Rembang mengadakan sedekah bumi dan sedekah laut, yang sering disebut sebagai pesta rakyat. Sedekah bumi diadakan di daerah-daerah yang penduduknya hidup bergantung dari pertanian dan sedekah laut diadakan dibeberapa daerah pesisir yang penduduknya menggantungkan diri dari hasil laut.

Seperti yang terjadi di Desa Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang yang pada tanggal 15 Agustus kemarin mengadakan sedekah bumi. Keunikan dari sedekah bumi ini karena diadakan setiap tahun, sudah merupakan tradisi. Para penduduk desa rela bergotong royong iuran untuk menghadirkan beberapa tontonan gratis bagi masyarakat sekitar. Bahkan selama tiga hari berturut-turut masyarakat Maguan membiayai tontonan-tontonan menarik, ada dangdut, tontonan budaya khas Jawa Ketoprak dan Wayang Kulit, R n B. Suasana desa sangat ramai selama tiga hari siang dan malam, penuh dengan bakul dan pengunjung hiburan. Selain itu disiang hari banyak perlombaan, ada perlomboaan naik Jambe (sebatang pohong bambu yang tinggi yang diberi oli dengan hadiah-hadiah menarik diatasnya) disetiap RT, lomba tarik tambang, balap karung, bawa kelereng dimulut dengan sendok, dan makan krupuk.

Desa Maguan terletak diperbatasan antara Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati, dari jalan Raya masuk 5 KM. Desa yang berpenduduk + 2364 jiwa ini sejak nenek moyang telah mengadakan sedekah bumi setiap tahunnya, tetapi zaman dulu tontonan-tonanan yang diselenggarakan hanya tontonan khas budaya Jawa seperti Ketoprak, Wayang Kulit dan Barongan (semacam Baronsai). Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman para penduduk juga menyelenggarakan tontonan-tontonan modern seperti R n B dan Dangdut.

Bisa dibayangkan meriahnya acara sedekan bumi ini selama tiga hari tiga malam penuh dengan acara, semua tontonan di Desa Maguan jika dikalkulasi menghabiskan dana sekitar 30 juta. Padahal penduduk Desa Maguan mayoritas perpenghasilan petani tadah hujan dan buruh. Penarikan iuran untuk sedekah bumi tidak mereka pukul rata pada semua penduduk. Iuran didasarkan pembayaran pajak sawah yang dilipatkan sampai lima kali. Jadi bagi yang mempunyai sawah luas iuranya banyak sedangkan yang mempunyai sawah sedikit iurannya juga sedikit.

Sedekah bumi dan sedekah laut sebenarnya mempuyai sejarah, pada awalnya merupakan pesta tasyakuran masyarakat atas kerja mereka dari hasil bumi dan hasil laut selama setahun. Kemudian mereka mengadakan kondangan (makan bersama), mereka juga menjamu setiap tamu yang hadir dari luar desa dengan makanan dan tontonan budaya.

Sebagian besar Desa di daerah Rembang masih mempunyai tradisi sedekah bumi dan sedekah laut. Di daerah Pesisir Rembang yang mengadakan sedekah laut bahkan lebih ramai, seperti di Desa Tasik Agung yang terletak di Kecamatan Rembang. Totonan-totonan yang mereka sunguhkan biasanya lebih mahal dari totonan-totonan yang disuguhkan pada sedekah bumi. Jika dikalkulasi biaya berbagai totonan dalam sedekah laut menghabiskan dana 50 juta lebih. Jika ada berbagai perlombaan hadiahnya pun lebih mahal, untuk perlombaan yang diikuti anggota masyarakat sendiri biasanya hadiahnya kambing.

Di daerah pesisir jika ada tontonan seperti dangdut penyayinya bisa dipastikan sangat senang, karena di daerah ini masih ada tradisi sawer (tradisi mengasih uang penyayi saat di panggung). Beberapa orang yang dianggap juragan rela merogoh kocek sampai satu juta lebih. Menurut salah satu Dangdut yang pernah manggung di Tasik Agung, hasil mereka antara harga manggung dan saweran ternyata lebih banyak sawerannya. Saweran yang diberikan penyanyi tidak otomatis dimiliki penyayi, ada aturan yang telah disepakati kalau uang saweran harus dibagi dengan semua personel dangdut.

Selain suguhan tontonan para penduduk juga menjamu para tamu dari daerah luar desanya yang mampir ke rumahnya. Tamu yang mampir pasti akan disuguhi dengan makanan berlauk ikan laut. Tradisi menjamu tamu seperti suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Para pengunjung juga dapat menikmati keindahan laut dengan berlayar, bahkan biasanya pemilik kapal (juragan) memenuhi kapalnya dengan berbagai makanan untuk dinikmati pengunjung, semua gratis tanpa dipungut biaya.

Tradisi sedekah bumi dan sedekah laut memang seperti pemborosan, tetapi tradisi ini sudah menjadi acara tahunan yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Rembang. Tradisi sedekah laut dan sedekah bumi tidak hanya di Rembang, di sebagian besar daerah laut utara dan selatan juga ada tradiri tersebut. Walau zaman terus berubah sedekah bumi dan sedekah laut masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi warisan nenek moyang.

1 komentar:

BagusPanuntun mengatakan...

Ya Akhi, Salafy tidak akan pernah memajangkan gambar2 makhluk, apalagi untuk dipertontonkan kepada publik.